Kamis, 29 Maret 2012

Manajemen Konflik

Nama       : Ardy Prayoga
Kelas       : 2EA17
NPM       : 19210227

Manajemen Konflik
Secara garis besar Konflik timbul karena adanya ketidaksesuaian kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam pengertian yang lebih dalam, konflik muncul karena tiga faktor, yaitu :
1. Faktor yang pertama adalah Perbedaan Kepentingan. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dan juga kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Misal disatu sisi, ada penduduk yang tidak ingin diatas tanahnya dibangun Listrik Tegangan Ekstra Tinggi, sementara pihak PLN membutuhkannya demi kepentingan masyarakat pelanggan yang lebih luas. Disini terdapat perbedaan kepentingan, dan akhirnya bisa menyebabkan konflik.
2. Gap (Kesenjangan) antara Harapan dengan Kenyataan. Dalam hal ini, konflik dipicu oleh adanya ketidakpuasan masyarakat; artinya harapan mereka akan sesuatu tidak dapat dipenuhi secara maksimal. Misal, ada sebagian masyarakat yang memiliki harapan akan munculnya pelayanan listrik yang andal, namun kenyataannya tidak demikian; sehingga mereka tidak puas, dan kemudian mendorong mereka untuk protes, dan pada akhirnya bisa menciptakan konflik dengan penyedia jasa listrik.
3. Perebutan Sumber Daya yang Terbatas. Dalam hal ini beragam pihak melakukan perebutan sumber daya yang terbatas. Misal, dua pihak melakukan perebutan tanah kosong dan saling mengklaim pihaknya yang paling berhak untuk mendudukinya. Saling klaim ini akan mendorong mereka melakukan proses konflik.





Terdapat tiga pandangan mengenai konflik, yakni :

Perspektif Traditional dimana memandang bahwa setiap konflik bersifat negatif dan harus dihindari.

Perspektif Human Relations yang memandang bahwa konflik merupakan hal yang alamiah dan konsekuensi logis dari sebuah interaksi antar manusia. Jadi dengan demikian kita mesti siap dan mengantisipasi munculnya konflik ini, dan kemudian membekali diri dengan beragam ketrampilan yang diperlukan agar mampu mengelola konflik secara efektif.

Perspektif Interaksionis yang melihat bahwa konflik merupakan yang positif dan justru dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan dinamika kelompok. Pandangan ini melihat bahwa adakalanya konflik membuat kita makin dewasa, dan memaksa kita untuk melakukan sesuatu secara lebih baik, dalam rangka menghindari konflik. Artinya dalam jangka panjang, konflik ini justru mendorong kita untuk memberikan kinerja yang lebih baik bagi pelanggan.

Terdapat dua jenis konflik, yakni :

Konflik yang Fungsional yakni konflik yang berdampak positif bagi kinerja kelompok dan mendorong pencapaian sasaran kelompok. Artinya konflik ini justru mampu memicu kedua belah pihak untuk saling memperbaiki diri, dan pada gilirannya mampu meningkatkan kinerjanya.

Konflik Disfungsional, yakni konflik yang berdampak negatif bagi kinerja kelompok. Konflik ini mengarah pada pertarungan yang destruktif, dimana masing-masing pihak mencoba dengan segala cara mengalahkan pihak lainnya. Yang akhirnya terjadi, konflik ini tidak menghasilkan penyelesaian yang memuaskan, dan justru membuang-buang waktu, energi dan biaya bagi kedua belah pihak.


Jenis Respon terhadap Konflik
Terdapat lima jenis respon, yakni : akomodasi, kolaborasi, kompromi, menghindar (aviodance) dan agresi. Lima jenis respon ini diambil dengan latar belakang alasan sbb.

Avoidance (menghindari konflik).
• Anda menganggap sepele masalah tersebut.
• Anda tidak mempunyai wewenang atas masalah tersebut atau tidak dapat mengubah hasilnya.
• Anda yakin kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik jauh melebihi keuntungan yang bakal didapat.
• Anda dapat menyerahkannya pada orang lain yang lebih berwewenang menyelesaikan konflik secara efektif.
• Anda menganggap masalah tersebut hanyalah masalah ‘kulit luar’ atau gejala saja dan lebih memilih menunggu untuk membicarakan masalah yang sebenarnya.

Accomodation (akomodasi/mengalah).
• Anda menyadari Anda salah atau ingin menunjukkan bahwa Anda mau bersikap wajar
• Anda sudah kalah dan mengalah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
• Anda ingin menjaga keharmonisan dan menghindari keretakan

Aggression.
• Anda ingin mengambil tindakan yang cepat dan tegas
• Anda harus menghadapi hal yang mendesak
• Anda bertanggung jawab untuk menjalankan peraturan atau tindakan disiplin yang tidak umum
• Anda melihat masalah tersebut sebagai vital dan Anda tahu Anda benar

Compromise.
• Tujuan Anda cukup penting tetapi dapat dipuaskan cukup dengan sebagian dari kesepakatan.
• Anda perlu mencapai penyelesaian sementara dari masalah yang kompleks.
• Anda membutuhkan solusi yang cepat dan isinya tidaklah sepenting kecepatan untuk mencapainya.

Collaboration atau menggunakan Teamwork.
• Anda yakin adanya kemungkinan pencapaian solusi integratif walau kedua belah pihak menemukan kesulitan untuk kompromi.
• Anda yakin lebih baik menggabungkan pandangan dari perspektif yang berbeda.
• Anda ingin memberdayakan salah satu ataupun kedua partisipan.
• Anda ingin menjadi panutan bagi yang lain dalam hal solusi kooperatif.
• Anda perlu membantu orang lain belajar bekerja sama.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar