Sabtu, 31 Maret 2012

Masalah Tentang Kenaikan BBM(Bahan Bakar Minyak).

Nama        : Ardy Prayoga
Kelas         : 2EA17
NPM         : 19210227
 


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
      Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meninggi.

B. Tujuan.
     
     Tujuan saya menulis makalah ini adalah agar masyarakat mampu mengenal atau mengetahui pro-kontra tentang politik, khususnya yaitu pada masalah Kenaikan BBM saat ini.



BAB II
PEMBAHASAN

 
Sudah berhari-hari tanah air diguncang aksi demo yang menentang kebijakan pemerintah menaikan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Di beberapa daerah, aksi tersebut bahkan berubah menjadi “pertempuran” antara peserta demo yang mayoritas adalah mahasiswa, dengan aparat keamanan. Benturan antara peserta demo dan aparat terus terjadi, eskalasinya terus meningkat.
Puncak aksi demo diperkirakan terjadi pada, Jumat (30/3) bertepatan dengan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Rapat tersebut akan memutuskan bertambah atau tidaknya subsidi untuk sektor energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012.
Terlepas dari aksi demo, kebijakan pemerintah mengurangi subsidi untuk BBM hingga harga jualnya harus dinaikan, merupakan kebijakan yang tidak mencerminkan adanya kecerdasan dalam menyelesaikan suatu masalah. Pemerintah mengaku, harga minyak mentah di pasar internasional yang terus bergerak naik akan berdampak pada lonjakan angka dana subsidi di APBN. Des, APBN akan jebol karena dananya hanya dipakai untuk subsidi.
Alasan yang melatari kebijakan ini sangat tidak argumentatif. Bahkan boleh dibilang tidak bermutu. Lantaran, paradigma penggunaan APBN selama ini sudah salah kaprah. Pemberian subsidi untuk rakyat, berapapun besarnya, jelas harus dikucurkan. Pemerintah hanya harus secara cerdik melakukan efektifitas dan efisiensi anggaran. Karena selama ini penggunaan dana APBN sangat tidak efektif dan tidak efisien. Lihat saja faktanya, sekitar 70% dana APBN dihabiskan hanya untuk membiayai gaji dan berbagai fasilitas untuk pejabat pemerintah dan pegawai negeri. Sementara anggaran untuk pembangunan jumlahnya sangat minim. Parahnya, anggaran pembangunan yang sudah mepet jumlahnya, masih juga dikorup dan dijadikan bancakan pejabat dan pengusaha. Alhasil, penyediaan infrastruktur pun babak belur akibat dananya banyak dikorupsi.
Jurus pemerintah menaikan harga jual BBM jelas kontraproduktif dengan upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, kenaikan harga BBM justru mengerek harga jual berbagai produk dan komoditas lain ke level yang lebih tinggi. Termasuk juga memicu lonjakan tarif di berbagai sektor jasa layanan.
Kondisi jelas bakal membuat daya beli masyarakat langsung anjlok. Sementara bagi sektor industri, kenaikan harga BBM yang memaksa biaya produksi ikut naik, akan melemahkan daya saing industri. Padahal industri sedang dihantam tsunami impor produk asing di pasar lokal. Jika industri lokal tak sanggup bertahan dari berbagai hantaman, bukan tidak mungkin mereka memilih jalan harakiri dengan menutup usahanya. Tak pelak, ledakan jumlah pengangguran akan kembali terjadi.
Bukan hanya industri di sektor riil saja bakal terkena imbas dari kenaikan harga BBM. Industri keuangan pun bakal terkena dampak serupa. Kalau banyak perusahaan tutup, jumlah pengangguran bertambah, maka potensi kredit macet bakal melonjak. Alhasil, potensi bank tutup juga ikut muncul.
Jadi, daripada menaikan harga jual BBM untuk menyelesaikan masalah jebolnya APBN, namun akan memunculkan efek berantai yang negatif, ada baiknya Pemerintah mencari jalan lain. Memangkas belanja pegawai dan pejabat sambil terus mengejar perusahaan pertambangan asing agar menaikan angka royaltinya, bisa jadi salah satu solusi. Mungkin, kalau langkah itu yang diambil, pemerintah bakal menuai banyak dukungan dan pujian meskipun harus berperang dengan pihak asing. Sayangnya, pemerintah lebih suka berkelahi dengan rakyat dan menjadi antek asing. Pilihan yang buruk.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
     
     Kenaikan harga BBM pasti berpengaruh kepada bahan - bahan pokok lainnya, apabila harga BBM naik pasti harga bahan baku juga naik, transportasi, dll. Semua berpengaruh kepada rakyat, khususnya bagi para rakyat kecil, yang semakin miskin karena harga BBM yang selalu naik dan karena BBM adalah bahan baku yang vital berpengaruh atas bahan pokok semuanya.
 
B. Saran.

Diharapkan agar pemerintah pada saat-saat selanjutnya dapat menjadikan kenaikan harga BBM sebagai alternatif terakhir untuk menghemat anggaran belanja negara. Karena dampak yang ditimbulkannya akan sangat luas.





Daftar  Pustaka :
(Republika Online, Selasa 28 Juni 2005). 
 http://www.neraca.co.id/2012/03/29/kenaikan-bbm-mengatasi-masalah-dengan-masalah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar